Pada halaman ini akan dibahas mengenai Keuntungan dan Kerugian Sekolah di TKIT, SDIT, SMPIT & SMAIT (Sekolah Iskam Terpadu). Semua informasi ini kami rangkum dari berbagai sumber. Semoga memberikan faedah bagi kita semua.
Keunggulan dan Kelemahan Sekolah Islam Terpadu (SDIT, SMPIT, TKIT & SMAIT) |
Beberapa orang tua murid menuangkan pengalaman dan kisah anaknya yang sekolah di sekolah Islam terpadu, baik itu tingkat TK, SD, SMP atau SMA. Untuk Sekolah Islam Terpadu biasanya kita familiar dengan sebutan TKIT, SDIT, SMPIT dan SMAIT. Sekolah Islam Terpadu merupakan perpaduan pelajaran umum dan agama.
Sekolah ini sering dinamakan sebagai Sekolah Islam Terpadu (SIT). Jadi kalau itu sekolah dasar maka sering disingkat menjadi SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu). Biasanya jam sekolah lebih panjang. Sehingga kerap dinamakan sebagai ‘full day school’. Karena masa belajarnya seharian maka melewati jam makan siang, sehingga sekolah biasanya juga menyediakan makan siang.
Karena masa belajarnya panjang, maka tak hanya pelajaran umum seperti disyaratkan kurikulum nasional yang diajarkan, tapi juga yang lain. Yakni pelajaran agama, kegiatan keagamaan dan kegiatan ekstra kurikuler. Jadi seperti mengaji termasuk pelajaran yang dilahap setiap harinya, termasuk juga shalat Dhuha.
Lalu apa sebenarnya keunggulan SIT? Kira-kira apa kelemahan bersekolah di SIT? Perlukah kita memasukkan anak kita ke sekolah TKIT, SDIT, SMPIT dan SMAIT seperti itu? Baiklah, sekarang kita bahas bersama ya..
Keuntungan, Manfaat dan Keunggulan dari Sekolah Islam Terpadu (TKIT, SDIT, SMPIT & SMAIT) yang dilansir dari cendekiaboardingschool.blogspot.co.id:
Pertama, Pelajaran Agama yang Lebih Intensif.
Kalau belajar di sekolah umum, pelajaran agamanya tidak banyak. Paling 2 jam setiap minggunya. Bandingkan dengan sekolah terpadu. Untuk pelajaran agamanya mungkin sama, yakni 2 jam. Tapi banyak pelajaran yang terkait dengan agama, misal: mengaji, menulis Arab, hafalan doa, belajar sejarah agama, shalat Dhuha jamaah dan lainnya.
Kedua, Pelatihan Tingkah Laku dan Budi Pekerti Menurut Tuntunan Agama.
Sejak masuk ke gerbang sekolah sampai nantinya pulang sekolah, anak-anak kita dilatih untuk berlaku sesuai tuntunan agama. Misal: datang ke sekolah disambut oleh guru dan kita menyalami dengan mencium tangan secara takzim para guru, lalu nanti shalat Dhuha jamaah. Juga ikrar sebelum masuk kelas yang sebagian adalah doa sebelum belajar. Masuk kamar mandi berdoa, mau masuk masjid berdoa, dan lainnya.
Ketiga, Banyak Kegiatan Tambahan yang Positif.
Mereka memiliki jam khusus untuk membaca dan menulis. Mereka diminta untuk membaca buku-buku umum selain buku pelajaran. Bisa buku pribadi yang dibawa dari rumah atau pinjam dari perpustakaan. Lalu mereka diajari dan diminta untuk menulis. Dua kegiatan ini, membaca dan menulis, adalah positif dan berguna untuk pendidikan. Bahkan secara giliran, guru kelas akan mengajak seluruh siswanya ke perpustakaan untuk membaca bareng di sana.
Keempat, Kegiatran Ekstrakurikuler yang ‘Wajib’.
Sebenarnya kalau kita mengacu pada kata ‘ekstra’, maka itu seharusnya tambahan. Tak wajib. Namun di sekolah seperti ini, jam ekstra bercampur dengan pelajaran utama. Jadi bukan dipisah. Bukan seperti sekarang pelajaran sekolah, setelah itu bebas tak terkait pelajaran. Karena itu pilihan kegiatan esktra sangat banyak. Kegiatan ini akan berusaha mengakomodasi keinginan, kesukaan dan bakat sang anak. Kenapa kegiatan ekstra ini masih terasa wajib? Karena kegiatan ekstra ini juga dinilai. Dan nilainya akan dimasukkan juga ke rapor. Selain itu ada kegiatan ekstra yang tak wajib. Ini seperti kumpulan siswa yang memiliki minat yang sama atau biasa dinamakan klub. Misal: klub jurnalistik sekolah, mereka belajar menjadi jurnalis dan membuat media massa sekolah. Dan masih banyak kegiatan ekstra lain yang tak wajib.
Kelima, Perhatian Penuh dari Guru.
Karena masa belajar yang lama, maka para guru akan lebih kenal dan dekat dengan siswa-siswanya. Sehingga mereka tahu apa yang menjadi kendala seorang siswa dalam belajar. Dia juga tahu kelebihan, kekurangan, bakat dan minat siswa. Dengan perhatian yang lebih, maka harapannya siswa bisa lebih berprestasi.
Kegiatan Sehari-hari Sekolah Islam Terpadu |
Kerugian dan Kelemahan dari Sekolah Islam Terpadu (TKIT, SDIT, SMPIT& SMAIT) yang dilansir dari kompasiana.com :
Pertama, Terkesan Memaksa dan Penggemblengan
Sebetulnya bagi sebagian orang tua akan merasa kasihan apabila anaknya harus digembleng dengan pendidikan ini itu yang belum tentu anaknya sendiri itu mau. Orang tua seolah-olah seperti memaksa anaknya untuk menjadi baik walaupun sebetulnya hal itu sangat diperlukan bagi orang tua untuk memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya sebgai bekal kehidupan nanti.
Kedua, Biaya Sekolah yang Mahal
Mahal itu memang subjektif, tapi bila harus merogoh kocek di atas 10 hingga 25 juta untuk uang pangkal dan SPP mendekati 1 jutaan per bulannya maka bagi sebagian besar masyarakat Indonesia harga tersebut jelaslah mahal.
Ketiga, Eklusif dan homogen Alasan ke-4 ini sangat subjektif.
Bagi saya anak harus diajarkan menghargai perbedaan sedari kecil. Oleh karenanya biarkan anak berinteraksi dengan ingkungan yang plural, lintas suku, agama warna kulitstrata sosial dan lain-lain. Hal ini tidak akan ditemui di SDIT, karena semua serba eklusif dan homogen (Muslim, menengahatas, perkotaan). Seandainya anak-anak ini telah menamatkan SD dan telah masuk ke jenjang SMP/SMA maka banyak yang “kaget”hingga mereka menjadi sulit berbeda, manja, dan cenderung ingin lepas bebas. Tak jarang alumni SDIT yang begitu memasuki usia remaja malah menjadi anak yang sulit diatur, bandel dan lepas kendali. Mungkin karena terlalu terkekang sewaktu kecilnya.
Itulah beberapa Keuntungan, Manfaat dan Keunggulan dari Sekolah Islam Terpadu, Serta Kerugian dan Kelemahannya dari Sekolah Islam Terpadu yang telah kita bahas bersama. Semoga informasi ini dapat dijadikan sebagai wawasan tambahan bagi kita orang tua untuk dapat menentukan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak. Salam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar