Pada halaman ini akan dibahas mengenai Kelebihan dan Kekurangan Masuk Sekolah Negeri & Swasta. Semua informasi ini kami rangkum dari berbagai sumber. Semoga memberikan faedah bagi kita semua.
Sekolah negeri maupun swasta sama-sama ada yang berkualitas bagus, sedang, dan rendah. Belajar di sekolah negeri atau swasta memang mempunyai sensasi yang berbeda bagi para peserta didiknya. Di pedesaan, biasanya sekolah negeri begitu banyak diminati karena biaya pendidikan yang relatif terjangkau. Sedangkan di kota-kota besar, sekolah swasta justru diminati karena fasilitas dan ketercapaian kompetensi peserta didik yang telah terbukti bagus.
Rumor tak sedap pun bermuculan tentang perbedaan sekolah negeri dan sekolah swasta. Tidak jarang pula masyarakat yang tidak tahu menahu akhirnya mengambil kesimpulan sepihak yang mengatakan bahwa sekolah negeri lebih baik dari sekolah swasta demikian pula sebaiknya. Minimnya informasi yang diperoleh merupakan salah satu faktor pengambilan kesimpulan sepihak.
Sekolah negeri maupun sekolah swasta memiliki karakteristik mereka sendiri, sehingga dengan karakteristik masing-masing akan menampilkan perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Jika kita berpikir secara bijak, baik itu sekolah negeri maupun sekolah swasta memiliki tujuan yang sama seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan cara dan karakteristik masing-masing, sekolah negeri dan sekolah swasta tentu telah berupaya untuk mencapai tujuan tersebut. Pada kesempatan ini penulis akan membahas tentang Kelebihan dan Kekurangan Masuk Sekolah di SD, SMP, SMA Negeri dan Swasta di Indonesia. Oke langsung saja kita bahas ya..
Kelebihan dan Kekurangan Sekolah di Negeri dan Swasta:
Tingkat perhatian dan perlakuan guru terhadap murid di kelas
Untuk hal ini, sekolah negeri akan kalah jauh dibandingkan sekolah swasta dikarenakan jumlah murid yang sangat banyak dalam satu kelasnya untuk sekolah negeri. Rata-rata murid di setiap kelas untuk sekolah negeri berkisar antara 40-45 orang. Hal ini mengakibatkan guru tidak dapat memperhatikan tiap muridnya secara baik, sehingga apabila ada murid yang mempunyai masalah yang unik dalam memahami pelajaran, maka hal ini tidak dapat diakomodir oleh guru yang bersangkutan dengan baik. (Sangdedi,2010)
Semua peserta didik di sekolah negeri mendapatkan perlakuan yang sama tanpa memperhatikan minat dan bakatnya. Sementara di sekolah swasta perhatian terhadap perkembangan dan kemajuan prestasi peserta didik lebih menonjol. Hal ini disebabkan karena pada umumnya jumlah peserta didik di sekolah negeri jauh lebih banyak daripada di sekolah swasta. Wajar jika sekolah negeri kewalahan jika harus memonitor satu-satu peserta didiknya. (Imron Gozali, 2011)
Guru atau pengajar
Sekolah negeri tentu mempunyai tenaga pendidik yang terspesialisasi dalam bidangnya. Ditambah, umumnya guru di sekolah negeri dibiayai oleh negara, alias PNS. Bandingkan guru di sekolah swasta pada umumnya yang harus bekerja sambilan untuk menutupi kebutuhan dasar hidupnya.
Dari hal tersebut tidak ditutup penyangkalan bahwa sekolah-sekolah swasta lebih unggul dari sekolah-sekolah negeri. Dengan kelebihan-kelebihan sekolah negeri tersebut justru terjadi ironi. Banyak sekolah negeri yang membebankan biaya sangat tinggi atas nama kualitas mereka. (Ahmad Ainun Anin, 2011)
Di sekolah negeri, hampir semua guru dan karyawan yang bekerja berstatus sebagai pegawai negeri sipil yang pendapatannya jauh lebih tinggi ketimbang mereka yang bekerja di sekolah swasta. Hal ini juga merupakan sebuah faktor yang mempengaruhi jumlah guru di sekolah swasta. Tidak sedikit sekolah – sekolah swasta yang ada di negeri ini kekurangan guru. Persoalan seperti ini tidak bisa dianggap sepele karena akan berpengaruh terhadap kualitas siswa. (Wahyu,2011)
Pola Pengajaran serta Program dan kurikulum
Sekolah negeri memakai pola pengajaran yang sangat statis, Materi yang diberikan oleh guru dari sekolah negeri cenderung disampaikan dalam format satu arah atau feedback, artinya guru berceramah kepada murid-murid dan tidak ada timbal balik yang terjadi antara murid dan guru. Tidak seperti sekolah swasta yang biasanya memakai pola pengajaran secara dinamis. Hal ini akan sangat berbeda sekali dengan sekolah swasta yang penyampaian materi pelajaran biasanya disampaikan dalam bentuk diskusi antara guru dengan murid. (Sangdedi dan Imron Gozali, 2011)
Sekolah negeri, baik SSN, RSBI, maupun SBI mau tidak mau harus menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah distandarisasi oleh Depdiknas, sedangkan sekolah swasta internasional umumnya menggunakan kurikulum internasional sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikannya, seperti kurikulum Cambridge, New York, Australia, New South Wales, dan Singapura. Karena saya adalah mahasiswi jurusan Pendidikan Kimia yang juga melakukan analisis komparasi kurikulum kimia KTSP dengan kurikulum kimia luar negeri, maka saya akan berbicara sedikit mengenai perbedaannya. Kompetensi lulusan sekolah swasta internasional dengan sekolah KTSP pun berbeda. Banyak ditemukan kasus bahwa siswa-siswi sekolah swasta internasional kesulitan menyelesaikan soal-soal ujian negara maupun ujian masuk universitas di dalam negeri. Sebaliknya, siswa-siswi sekolah KTSP sering juga kesulitan menyelesaikan ujian yang disediakan oleh kurikulum internasional, seperti Cambridge O Level Test maupun Cambridge A Level Test. Tentu saja karena ada perbedaan tujuan, konten, dan strategi pembelajaran antara kurikulum kita dengan kurikulum internasional. (Risma, 2011)
Cara belajar
Murid swasta banyak melakukan diskusi dengan guru, presentasi di depan kelas, berdebat dan beradu argumentasi. Hal ini menyebabkan murid sekolah swasta pandai dalam menyampaikan pendapatnya. Sementara murid sekolah negeri belajar dengan cara menghafal dan memahami materi dengan mendengarkan guru dan membaca textbook. sehingga murid sekolah negeri susah menyampaikan pendapatnya dikarenakan cenderung pasif dalam belajar. (Sangdedi, 2010).
Persepsi masyarakat
Persepsi tersebut umumnya berdasar pada kualitas output atau kelulusan siswa suatu sekolah. Sehingga otomatis sekolah tersebut dianggap favorit oleh masyarakat dan menggiring para calon siswa baru untuk berbondong-bondong masuk ke sekolah tersebut. Namun demikian, persepsi sekolah favorit ini menggiring sebagian besar siswa yang memiliki nilai tinggi untuk mendaftar ke sekolah negeri. Akibatnya, pada proses pendaftaran siswa baru sebaran nilai tidak merata, karena pemegang nilai tinggi terkonsentrasi pada sekolah negeri favorit..Akan tetapi keberhasilan sekolah tidak tergantung pada input siswa. Hal itu semua bergantung pada pihak sekolah dalam mengelola kurikulum dan proses pengajaran. (Sumiyo, 2011).
Gengsi orang tua
Orangtua hanya berpikir bahwa sekolah negeri memberikan gengsi bagi anak-anaknya. Karena itulah, para orangtua memaksakan dengan berbagai cara untuk anaknya bisa diterima di sekolah negeri. Tidak selalu sekolah swasta atau yang non favorit nilainya kalah dengan sekolah negeri yang dikenal favorit. (Bambang Mardi, kepala Dindik kab. Tangerang,2011)
Kualitas Output
Output pendidikan dalam arti kualitas nilai akademik siswa yang dihasilkan oleh sekolah swasta biasanya-kita tidak perlu menutup mata akan hal ini, lebih baik dibandingkan dengan sekolah negeri. Sekolah-sekolah andalan peraih medali dalam olimiade sains internasional mayoritas dari sekolah swasta dengan budaya akademik yang kuat. (Mujahid Zulfadli, 2011).
Segi financial atau biaya pendidikan
Dengan predikat sekolah negeri, biaya masuk maupun biaya SPP lebih murah dibandingkan sekolah swasta. Secara rasional hal ini tentu masuk akal karena sekolah negeri mendapat subsidi dari pemerintah sedangkan sekolah swasta tidak memperoleh subsidi tersebut sehingga biaya masuk maupun biaya SPP menjadi lebih mahal. Sekolah swasta yang tidak memperoleh subsidi sudah barang tentu akan menarik biaya masuk atau SPP lebih mahal karena pengadaan fasilitas tentunya harus ditanggung oleh pihak sekolah swasta itu sendiri tanpa bantuan dari pemerintah. Jadi dari segi ekonomi, ada alasan yang logis mengapa biaya yang dikeluarkan untuk masuk di sekolah negeri dan sekolah swasta itu berbeda. (Imroatun, 2011)
Hal inilah yang mendorong para orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah negeri karena biaya pendidikannya yang relatif terjangkau. Maklum, dari data BPS per Maret 2010 disebutkan bahwa 31,02 juta (13,33 persen) penduduk Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan. (Imron Gozali, 2011).
Jumlah murid
Sekolah negeri yang memiliki biaya SPP yang lebih murah tentunya akan menarik perhatian banyak orang tua murid yang berasal dari golongan menengah ke bawah untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah negeri.Berbanding terbalik dengan sekolah swasta yang tentunya akan memiliki jumlah murid lebih sedikit dikarenakan biaya yang harus dikeluarkan lebih mahal. Sisi positif yang kita dapatkan dengan sedikitnya jumlah murid, maka proses belajar mengajar akan terfokus dengan jumlah murid yang ideal di setiap kelasnya. Sedangkan sisi positif yang kita dapatkan dari sekolah negeri adalah adanya kesempatan bagi semua orang untuk mendapatkan pendidikan yang layak dengan biaya yang terjangkau. (Imroatun, 2011).
Selanjutnya, permasalahan klise yang selalu terjadi dengan sekolah – sekolah swasta yang berada di pedesaan adalah kurangnya jumlah murid. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa masyarakat desa cenderung menyekolahkan anaknya ke sekolah – sekolah negeri sehingga “jatah” murid untuk sekolah swasta semakin terbatas. Hal ini diperparah lagi dengan semakin naiknya jumlah kursi yang ditawarkan oleh sekolah – sekolah negeri. (Wahyu,2011).
Sarana dan prasarana dan fasilitas.
Murid yang bersekolah di sekolah negeri akan bebas dari biaya bangunan yang biasanya dipungut di awal, sedangkan murid sekolah swasta dikenakan uang bangunan. Dampak positif yang dimiliki sekolah swasta dengan pemungutan biaya bangunan ini adalah terpenuhinya seluruh fasilitas, sarana dan prasarana yang diperlukan murid untuk mengembangkan minat dan bakat. Sedangkan untuk sekolah negeri, nilai plus yang dimiliki adalah bangunan sekolah yang luas dan besar tanpa harus membayar uang bangunan. (Imroatun, 2011).
Sesuatu yang berkualitas memang tidaklah murah. Fasilitas kelas VIP adalah konsekuensi logis dari biaya pendidikan yang mahal di sekolah swasta. Fasilitas di sekolah swasta bisa jadi sangat lengkap. Mulai dari ruangan kelas ber-AC, laboratorium, fasilitas olahraga, hingga halaman parkir yang luas.Branding sekolah swasta juga dapat melalui hal ini, karena prinsip sektor swasta yang mengutamakan pelayanan prima dan kepuasan untuk customer-nya. Sedangkan sekolah negeri memiliki fasilitas yang standar untuk keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. (Imron Gozali, 2011).
Status
Hampir semua sekolah negeri saling berlomba-lomba mendapatkan status sebagai Sekolah Berstandar Nasional, Rintisan Sekolah Berstandar Internasional, atau bahkan Sekolah Berstandar Internasional. Sekolah swasta dengan menggunakan nama International School pun sudah banyak menjamur. Tentu saja faktanya di negeri kita sekolah “secara tidak sengaja” lebih cenderung terklasifikasikan menjadi kelas-kelas, yaitu (1) sekolah berkualitas baik, (2) sekolah berkualitas sedang, dan (3) sekolah berkualitas rendah, tidak peduli apakah sekolah tersebut berstatus sebagai sekolah negeri atau swasta (Risma, 2011).
Sumber: www.solusisehatnaikturunberatbadan.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar